15 June 2011

Memodifikasi Noken

Ada yang tau Noken? 

Noken merupakan kerajinan tangan khas Papua berbentuk seperti kantong dan tas  yang dijalin dari kulit kayu. Ada 250 etnis dan bahasa di Papua, namun semua suku memiliki tradisi kerajinan tangan Noken yang sama.





Biasanya tas ini digantung di kepala atau leher perempuan Papua untuk membawa hasil bumi, anak babi, bahkan menggendong bayi.  Tak hanya itu, Noken juga dipakai dalam upacara dan sebagai kenang-kenangan untuk tamu. Selain banyaknya bawaan yang bisa dikalungkan, beberapa perempuan bahkan menggantungkan lebih dari satu noken di lehernya. Biasanya noken ini disusun bertingkat di atas punggung supaya tidak saling tumpuk dan berat.








Perempuan senang sekali memakai tas. Termasuk mungkin ibu dan saudari perempuanmu. Tapi tahukah kamu kalau tas juga bisa menjadi simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan? Perempuan Papua, khususnya Papua Barat memiliki tas tradisional bernama Noken yang merupakan perlambangan dari hal-hal di atas tadi.


Hal lain yang menarik dari tas tradisional ini adalah bahwa hanya perempuan Papua yang boleh membuat noken. Perempuan Papua yang belum bisa menjalin noken bahkan sering dianggap belum dewasa dan belum layak menikah. Kenapa laki-laki tidak boleh membuat noken? Karena seperti yang sudah dikatakan di awal, noken adalah simbol sumber kesuburan kandungan seorang perempuan.

Berbagai suku di Papua dan Papua Barat menyebut noken dengan berbagai nama. Kayu yang digunakan sebagai bahan baku juga berbeda-beda. Ada kulit kayu pohon Manduam, pohon Nawa bahkan anggrek hutan. Noken dari bahan anggrek ini terkenal di Paniai dan nilainya sangat tinggi. Harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah. Di kota-kota besar sudah tidak ada yang menjual Noken. Hanya di Pasar Wamena yang masih menjual Noken tradisional.


Kendala lain adalah semakin sedikit orang yang bisa membuat Noken. Kalaupun ada, sebagian besar adalah wanita berusia di atas 40 tahun. Selain itu, para perajin juga kesulitan mendapatkan bahan.




Konon, tempat penjualan Noken saat ini sudah sangat jarang. Padahal Noken merupakan salah satu ikon budaya Papua. Di kampung wisata Sauwadarek, Papua Barat, kamu bisa menjumpai beberapa perempuan setempat yang membuat noken. Harga noken di Sauwadarek relatif murah antara Rp.25.000-Rp.50.000 per buah tergantung jenis dan ukurannya. Jadi kalau kamu berkunjung ke Papua Barat, noken akan menjadi oleh-oleh yang paling pas untuk ibu dan saudarimu.
Noken diusulkan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata untuk masuk dalam nominasi warisan budaya takbenda Unesco. Ia diusulkan dalam Daftar yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak.


Tahun lalu, suami saya, Abu, kebetulan pergi ke Papua dalam rangka membuat film dokumenter disana. Dan Abu sempat memesan untuk dibuatkan Noken kepada Akila Bagau, yang tinggal di Nabire, Papua Barat.  Jadilah kami dibuatkan 2 Noken. Noken yang kami punya bahannya benang plastik  atau tambang kecil yang dijalin. Saat ini, karena kulit kayu sudah sulit dicari, banyak Noken yang dibuat dari bahan dasar benang plastik.

Sayangnya, saya agak bingung memakai Noken bentuk asli. Karena Noken tidak ada lapisan dalamnya. Kalau saya pakai sehari-hari, seluruh isi tas saya akan kelihatan dan takutnya malah robek karena beberapa benda yang biasa saya bawa. Mmm.. akhirnya saya memutuskan memberi lapisan kain flanel dan retsleting di dalamnya. 


Saya tau, ini menyalahi bentuk dan fungsi asal Noken. Bentuk Nokennya jadi tidak elastis lagi mengikuti benda apa yang ada di dalamnya (biasanya bisa melar sampai ke bawaaah banget...). Tapi untuk beberapa alasan, saya merasa lebih nyaman memakai lapisan di dalamnya. Sekarang Noken saya jadi slouchy bag bergaya etnik.


Senangnya punya Noken. Noken yang masih asli biasanya dipakai Abu. Yang sudah dimodifikasi saya yang pake....



Bangga sekali memakai kerajinan Papua ini....


(Lila)

*makasih Kiki udah jadi model di foto-foto ini.. Dan juga motor trailnya Teddy... :)

No comments:

Post a Comment