29 December 2011

Selamat Ulang Tahun Mama


Dua hari menjelang tahun baru, selalu ada hari istimewa yang selalu saya rayakan di keluarga. Hari itu adalah ulangtahun ibu saya, yang saya panggil Mama. Mama, Henny Rosita Lubis. Lahir di Banda Aceh 29 Desember 1937. Berdarah Tapanuli Selatan, tetapi lama tinggal di Banda Aceh dan Bandung. Mengikuti kakek saya, Mohammad Majoeddin yang berprofesi sebagai dokter spesialis bedah. 

Ibu saya sulung dari 3 bersaudara. Dua orang adiknya laki-laki. Menurut cerita ibu saya, saat beliau lahir, nenek saya selalu mendapatkan komentar kalau bayinya beda mukanya dengan nenek saya. Nenek saya, Ibu Djauhara Lubis memang bertampang sedikit mirip bule, sedangkan saat bayi, ibu saya berambut keriting, berkulit sawo matang, berhidung tidak terlalu mancung. Mungkin lebih mirip kakek saya ya...hahahhaa...



Saya kecil. Sangat manja dengan Mama. Maklumlah anak bungsu. Kalau mama pergi ke pasar 2 jam, ya..selama 2 jam itu saya menangis. Lalu saat beliau datang, saya akan loncat-loncat kegirangan sambil tepuk tangan, dan bersorak "Mama tatang..mama tatang.." Setiap bangun tidur pagi, saya tidak akan mau beranjak dari tempat tidur, kalau tidak digendong mama. Kalau sudah digendong dan diturunkan, saya akan naik lagi ke tempat tidur. Tapi tidak perlu digendong lagi. Cukup yang pertama kali bangun saja. Ini terjadi waktu umur saya sekitar 4-5 tahun.







Besarnya, saya dekat dengan mama. Walaupun tidak semanja dulu lagi. Mama saya orangnya asik. Saya bisa cerita soal cowok yang saya taksir. Juga bergossip ria soal cowok-cowok yang oke pada masa saya belum menikah dulu. Mama juga orangnya modern. Kami dididik dengan disiplin tapi terbuka. Tidak terkungkung dengan tradisi yang ketat, tapi tetap di jalur yang benar. Hal ini juga karena ada 2 suku di keluarga saya. Mama menikah dengan Papa saya yang bersuku Jawa Tengah dan Jawa Barat. Saya, kakak perempuan saya dan mama juga sering jalan-jalan ke Mall. Entah cuman makan, atau nonton di bioskop.



Saya, Mama dan Aksan


Hari ini mama berulang tahun ke 74 tahun. Saat saya sudah tinggal di Jogja dan terpisah dari mama di Jakarta, rasa kangen selalu saja datang. Saya seperti sadar bahwa belum banyak yang saya berikan ke mama. Saat bersama mama di Jakarta saat saya kesana, saya merasa sayang sekali dengan beliau. Walaupun cara saya menunjukkan rasa sayang itu kadang terlihat seperti biasa saja.  Mama saya yang kadang suka ngomel ataupun gatek, adalah ibu yang sifatnya akan saya tiru. Terutama untuk keiklasannya menghadapi naik turunnya kehidupan. "Maaf ya ma, Lila nggak bisa selalu anterin mama kesana kemari. Nemenin mama pergi ke dokter, ataupun bantu mama masak"

Selamat ulang tahun, Ma... Salam cium juga dari Abu dan Aksan.




My Aksan is turning 5 months

Wah... sudah terlewat 19 hari dari ulang bulan Aksan yang kelima. Satu setengah bulan kemarin, sejak 28 Oktober sampai dengan 13 Desember 2011, saya pulang kampung ke Jakarta. Kangen-kangenan dengan keluarga. Kebetulan Abu ada kerjaan di Jakarta. Dan tentu saja, Aksan mau "jumpa fans". Hehehhe...

Untung sekali, anak saya ini tidak rewel. Naik pesawat dia tenang (malahan tidur), di Jakarta juga bisa adaptasi di beberapa rumah, dan Alhamdulillah sampai kembali lagi ke Jogja, tidak pernah sakit sedikitpun. Di Jakarta Aksan pindah-pindah menginap di rumah ibu saya, rumah mertua, rumah kakak saya dan rumah kakak ipar saya. Mau ber AC atau tidak, dia bisa tidur nyenyak. Paling-paling dia akan adaptasi beberapa jam di kamar tempat dia tidur, saat kami pindah rumah lagi. Itupun tidak sampai mengganggu.

Aksan sekarang sudah kuat lehernya. Dia juga sudah bisa tengkurep dan membalikkan badannya kembali  ke posisi telentang. Pantatnya dinaik-naikkan, awal akan merangkak. Dia sudah lebih sering mengeluarkan suara. Berteriak-teriak, ah uh ah uh, ketawa keras atau berteriak melengking (seperti Mariah Carey). Yang terakhir sih penemuan barunya kalau kelamaan tidak digendong. Hehehe....

Aksan juga sudah bisa menggenggam dan memegang barang. Merobek-robek majalah dan membuat suara dari plastik yang dia kusutkan. Dia juga mulai berekspresi dengan wajahnya dan mulai mengenali dengan detil siapa orang yang ada di dekat dia. 

Menyenangkan sekali melihat pertumbuhan bayi saya ini. Saya yang kadang-kadang masih suka tidak sabaran saat dia suka rewel mau digendong, selalu tidak jadi kesal dan akan tersenyum manis saat melihat Aksan dengan wajah lucunya tertawa melihat saya. "Untuk ukuran bayi seumur dia, Aksan bukan bayi rewel lho, Lila", itu ucap ibu mertua saya. "Aksan hanya rewel saat dia bosan atau dia lapar/haus". Bener siiihhh...

Saat ini perhatian saya bisa dibilang 80 persen untuk perkembangan anak saya ini. Menjalankan usaha kecil saya di rumah, ditambah menonton kabel TV dan ditemani anjing saya yang sekarang makin jadi penurut, rasanya saya harus mengucap syukur dengan semuanya. 

"Ah... tapi memang asik saat di Jakarta.... banyak yang bisa momong Aksan, sementara saya bisa lebih lama mandi dan makan atau ngapa-ngapain". Tapi itulah... kasih ibu tak terhingga. Bagaimana menyiasati waktu dan keadaan saja, supaya anak tumbuh kembang dengan baik, tapi kegiatan lain di kehidupan juga bisa berjalan.

Tunggu 6 bulan ya nak. Siap-siap mengkonsumsi Makanan Pendamping ASI!













10 December 2011

Indahnya Perkawinan Dua Adat

Menikah dengan suku lain? Walaupun sama-sama dari Indonesia, tetap saja berbeda. Mulai dari tatacara, upacara adat dan pakaiannya. Siasatnya adalah menggunakan 2 adat tersebut secara bergantian. Akad nikah adat si perempuan, resepsi adat si laki-laki. Atau sebaliknya.

Tidak jarang pula terjadi beda pendapat dan mau menang sendiri saat memilih adat mana yang dipakai dalam perkawinan nanti. Biasanya sih.. yang 'menang' adalah yang paling banyak mengeluarkan dana untuk perkawinan tersebut. 

Sebenarnya tidak perlu repot dengan semua perbedaan ini. Wong sama-sama orang Indonesia. Kalau tidak mau repot, ambil jalan tengah saja. Cukup ambil cara pengesahan perkawinan sesuai agama yang dianut. Lalu untuk kostumnya, masing-masing bisa memakai baju adat sesuai dengan sukunya. Beres deh...!

Mungkin kesannya saya menggampangkan ya. Tapi itulah yang terjadi pada orangtua saya. Tidak perlu ada ribut-ribut dan perdebatan, keduanya bersanding memakai baju adat masing-masing. Tidak ada upacara adat yang berarti, hanya pengajian, akad nikah sesuai Islam dan resepsi. Kata ibu saya, saat memutuskan memakai dua pakaian adat ini, masing-masing kedua keluarga setuju-setuju saja. "Kata oma, mama nggak pantes pakai baju Jawa. Dan papa nggak pantes pakai baju Tapanuli Selatan". 

Jadilah mereka bersanding di pelaminan seperti ini...


Ah.. betapa indahnya perkawinan dua adat..

(Lila)

Catatan: cerita ibu saya, baju yang dipakai ibu saya adalah perpaduan adat Padang dan Mandailing Tapanuli Selatan. Keluarga ibu saya yang bermarga Lubis, tidak berani memakai baju adat Mandailing keseluruhan karena alasan adat. Kebetulan kakek dan nenek saya bermarga sama, Lubis. Seharusnya mereka tidak bisa menikah karena masih satu marga. Alasan inilah yang menyebabkan nenek saya tidak berani memakaikan baju adat Mandailing secara utuh kepada ibu saya.

08 December 2011

Status

Status.

Ini tentang status di jejaring sosial. Kebetulan saya aktif di Facebook dan Blackberry Messanger. Tidak di Twitter.

Status disini berarti "judul" di halaman atau akun milik kita. Tentu saja untuk dibaca oleh orang lain.

Entah siapa yang mulai mempopulerkan kata status. Setahu saya, di Facebook, kolom untuk mengisi "status" ini diawali dengan pertanyaan "What's on your mind?" atau "apa yang ada di pikiranmu". Artinya sesuatu yang sedang ingin kita bagikan kepada orang lain, menyangkut apa yang sedang kita pikirkan, rasakan, atau juga bayangkan. Betul tidak?

Status ini akhirnyapun menjadi beragam. Ada yang memang menuliskan apa yang sedang dipikirkannya, seperti "sore ini mau makan apa ya?" atau juga sesuatu yang dirasakannya, contohnya "lagi kangen banget nih ama dia..."

Kalau sesuatu yang dibayangkan, mungkin akan muncul status seperti "kalau gue tajir, mau buka butik di mall ah!"

Status-status ini memang jadi penghibur buat saya. Juga jadi bahan tertawa, meledek dan pembahasan panjang dengan teman lain kalau memang isinya "seru". Status ini juga membuat beberapa orang iseng membuat ulasan tentang "sifat seseorang berdasarkan statusnya di jejaring sosial". (OMG, nggak ada kerjaan kali ya nih orang yang buat ulasan ini).

Status ini juga yang membuat saya sendiri kadang-kadang jadi semangat membuka facebook. Keinginan untuk membagi sesuatu dengan orang lain. Entah itu sifatnya pamer, mengeluh, narsis, ataupun bersifat menggurui.

Ah..jangan bicara soal status diri sendiri. Mari bicara soal status orang lain.

Status teman saya di facebook yang jadi favorit saya (untuk dicela atau diomongin) lumayan banyak. Mungkin lebih enak kalau dibuat secara berurutan yaa..

1. Yang mengutip ayat-ayat kitab suci, lengkap dengan ulasan panjangnya. Entah kenapa buat saya, soal pemahaman ayat sesuai agama yang dianut, tidak untuk ditulis dan dibahas di facebook.

2. Yang menulis setiap lokasi dimana dia pergi. Si A sedang ada di Restoran B di Mall C. 15 menit kemudian, statusnya ganti lagi. Si A sedang ada di toko kaset B di Mall C. Lalu berubah lagi. Si A sedang ada di bengkel F. Walah.... semua orang perlu tahu ya dia ada dimana? Kesian sekali dia nggak ada privacynya. 

3. Yang menuliskan kegiatannya secara rinci, termasuk hal-hal yang pribadi sekalipun. "Habis mandi, mau ke pasar dulu, setelah itu mau periksa mata dan makan ikan di pinggir kolam. Baru deh abis itu pipis". Hahahahhaha.... lebay ya perumpamaannya?

4. Yang selalu tidak puas dengan keadaan sekitarnya, tapi menggunakan kata-kata mutiara yang bikin pusing. "Seumpama dunia ini pintu surga, untuk apa kita mengeluhkan yang ada di depan mata. Langit tak juga merendah, rangkullah yang ada di depanmu". Hihihihi.... ini contoh aja lhooo..

5. Yang menuliskan dengan jelas, dia sedang bersama seseorang di suatu tempat. "Lagi sama  si C makan di D".

6. Yang senangnya memaki-maki. "Buset deh, gue hajar juga nih ni orang. Gak tau gue lagi kesel apa. Ganggu aja. F***!. Dan makian ini biasanya terus-terusan.

7. Yang menuliskannya dengan bahasa alay ala dia sendiri. "bzk mw bu2q dee mah k2q. Phi g da uwank. Trz gems y?" Duuuh!

8. Yang selalu mengutip lirik lagu. Bahkan sampai hampir satu lagu full! :)

9. Yang berdoa lewat statusnya. Doanya yang panjang lhooo.. "Ya Tuhan, terimakasih atas berkat karuniaMu kepadaku hari ini. Tuhan telah berikan baju baru dan sepatu tinggi kesukaanku. Memberikan dirinya yang baik sekali denganku. Dan menitipkan semua rejeki ini lewat tanganku."
Hmmmm....

10. Yang memanfaatkan link dari Twitter ke FB, lalu membuat yang membacanya jadi bingung (atau saya aja yang bingung ya..)
oiya lupa RT@Nunung @Nining @Nonong kamu lupa ya? @Neneng jadi ketemuan gak sih?..

Itu tadi 10 contoh status favorit untuk dicela. 

Kalau status yang saya suka? Mmm... biasanya yang tidak terlalu panjang dan bla bla bla. Kalaupun mau pamer, cara pamernya santai aja. Atau juga yang mengutip kata-kata bijak orang terkenal. Juga yang menuliskan beberapa informasi penting yang sebelumnya tidak kepikiran oleh saya. 
Contohnya nih ya...
"Pengennya sih mimpi indah malam ini".

"Ibuku cantik sekali hari ini"

"Habis gelap terbitlah terang (RA Kartini)"

"minum daun sirsak deh.. katanya sih buat mengobati kanker dan sakit jantung"

"Gue lagi happy. Yippppie"

"Jakarta macet. Selalu macet"

"Ketemuan ama temen SMP. Kangeeen!"

Apapun itu... status di FB atau BBM sekalipun memang menarik. Percaya deh... dengan membaca status teman, yang tadinya tidak terlalu akrab, bisa merasa menjadi sangat mengenal orang itu. Ya karena statusnya itu!

Selamat menulis dan membaca status yaa...

{Lila}

15 November 2011

Neutral Diaper Bag

Lupakan tas popok dan perlengkapan bayi dengan motif boneka, beruang, ataupun bunga-bunga kecil. Walaupun masih terlihat manis dan imut, ada saatnya si ibu ingin terlihat tidak seperti kerepotan membawa bayinya. Tetap trendi, tapi juga perhatian dengan si kecil. 

Salah satu gaya saya adalah dengan tas perlengkapan bayi (dan juga untuk ibunya) dari Cocopop Crafts. Oleh Febie, si pencipta, pendiri, pemilik dan perancang produk ini, jenis tas ini namanya Goldilocks. Dengan warna coklat sadel yang sekarang lagi in banggeeet. Hehehhehe...

Tas ini bisa dipakai jadi shoulder bag, atau di silang atau selempang ala postman, bisa juga jadi backpack dan diletakkan di stroller bayi. Isi tas ini banyak kantong di depan, belakang, samping dan dalam tas. Muat untuk bawa perlengkapan mendadak bayi, baju ganti, peralatan kosmetik ibu, beberapa notes penting, alat tulis dan juga ada ruang untuk notebook / laptop kecil.

Saat saya berangkat ke Jakarta kemarin, saya membawa tas ini. Dan lihatlah, tidak kerepotan saat saya menggendong Aksan di bandara. Dan tidak ada yang menyangka kalau ini adalah tas popok atau perlengkapan bayi.

This is what I called Neutral Diaper Bag!


Lila

Aksan sudah 4 bulan.....

Terasa nggak terasa, Aksan sekarang sudah 4 bulan umurnya. Sudah bisa tengkurep sendiri, walaupun masih belum sempurna. Sudah sering ngajak "ngomong". Sudah sering memasukkan jari-jarinya ke dalam mulut, karena gusinya gatal (katanya sih..ini tanda-tanda giginya mau tumbuh) dan bajunya sudah sempit semua. Sekarang Aksan sudah bisa memakai baju untuk bayi usia 6-12 bulan. Beratnya 7,4 kg / panjang 65 cm. 




Ulang bulan Aksan ke 4 ini kami bertiga mudik ke Jakarta. Kumpul keluarga, karena sejak lahir baru kali inilah Aksan ke Jakarta dan jadi bintang tamu di rumah ibu saya, rumah mertua, rumah kakak saya dan rumah kakak ipar saya. Kami juga menyempatkan waktu ke rumah sakit Puri Cinere untuk vaksinasi lanjutan DPT, Polio dan Menginitis. 



Aksan yang gusi atasnya ada titik kecil. Kata kakak saya, sepertinya gusinya sudah gatal dan titik kecil itu adalah tanda giginya akan tumbuh. Karena hobi barunya adalah mengisap jarinya, Aksan sekarang sudah harus ditemani dengan beberapa ornamen lucu yang bisa digigit-gigit.


Ah.. nggak terasa ya nak... stage 0-3 bulanmu sudah lewat. Ayo sehat terus ya... 2 bulan lagi Aksan udah mulai makan bubur lho.

Menjadi ibu itu kadang melelahkan. Tapi rasa senangnya juga tidak bisa diceritakan. Mungkin kalau dirasakan sendiri, perpaduan rasa itu jadi melebur. Dan tidak bisa dibahas dengan rinci.


Selamat ulang bulan anak ibu...

24 October 2011

Selamat Pagi...

Selamat pagi.
Seperti biasa, pagi hari mematikan lampu teras.
Membuka korden.
Memberi makan Coki, anjing semata wayang saya.
Mengeluarkan Coki berjalan-jalan keluar rumah
Membuat susu untuk saya.
Menonton acara gosip pagi hari sambil menikmati susu coklat.

Cangkir zodiac yang dibeli waktu saya SD.
Tatakan gelas karet print gambarnya Ojanto

Terdengar Aksan, anak saya bersuara.
Saya masuk kamar.
Melihat Aksan di tempat tidur.
Bapaknya di samping kirinya.
Terkejut tetapi senang.
Aksan sudah bisa membalikkan badannya 90 derajat.


Selamat pagi nak....
Cepat besar ya..

Cium Ibu, 
Lila.

22 October 2011

Gendongan Bayi Samping dari Batik

Gendongan bayi yang saya punya ternyata banyak juga. Ada yang beli sendiri, dikasih teman, juga lungsuran sepupu. Masih tidak terlalu mudah membawa Aksan, anak saya, saat dia masih baru lahir dengan memakai gendongan bayi ini. Oya, modelnya juga macam-macam. Mulai dari baby wrap, yaitu sepotong kain dari bahan kaos yang dililitkan di tubuh ibunya saat menggendong. Ada juga baby sling, yaitu kain yang memakai ring untuk menyesuaikan gaya menggendong dan ukuran bayinya. Juga ada yang memakai pengait yang kuat. 

Saat Aksan sudah 3 bulan, barulah lebih mudah bagi saya menggendongnya dengan memakai gendongan bayi. Salah satu model gendongan milik saya adalah baby sling (gendongan samping) dengan alat penutup kepala. Ini saya beli dari belanja online di salah satu toko online perlengkapan bayi. Enak sekali memakainya. Sayangnya, motif yang tersedia saya kurang suka. Gambarnya besar-besar dengan warna yang menyilaukan mata. 

Sebenarnya saya suka motif gendongan bayi dari batik. Seperti gendongan bayi yang dipakai banyak orang di Indonesia. Tapi kalau hanya memakai kain dililit-lilit, saya tidak telaten. Yang ada malah kerepotan sendiri. Jadilah saya berfikir, kenapa tidak menjahitkan selembar kain dengan model baby sling (gendongan samping) seperti gendongan kesukaan saya tadi? Lengkap dengan ring peraknya di salah satu sisi sampingnya. Juga dengan penutup kepalanya. 

Kebetulan saya punya simpanan batik Trusmi, Cirebonan - warna hijau pupus. Jadilah kain itu saya berikan ke penjahit seprei saya. Maka jadilah gendongan batik manis ini. 





Memang sejak saya hamil, saya berniat untuk mulai membuat produk untuk bayi dan anak-anak di bawah label usaha baju saya "Lemari Lila". Mungkin sekarang inilah saatnya ya...

Selanjutnya, untuk yang mau pesan dibuatkan gendongan bayi batik seperti ini, bisa memesannya lewat Lemari Lila. 

Salam, Lila

03 October 2011

Yippie.. Bersepeda Lagi

Setelah setahun tidak bersepeda, hari ini saya "back to bike" lagi. Kebetulan sepeda Kiki ada di rumah saya di Jogja, jadilah saya pakai hari ini.

Hari ini saya harus ke bank, mengurus ATM yang tertelan di mesin ATM, karena Abu lupa mengambilnya. Juga saya butuh potong rambut lagi. Bulan lalu sih udah potong rambut. Di layer-layer rambutnya. Tapi kok, waktu agak panjangan, saya kok terlihat berantakan. Mau di bob lagi ah....

Saat Aksan tertidur di pagi hari setelah mandi, dan Abu bisa berangkat ke kantor sedikit lebih siang, sayapun mengayuh sepeda saya. Kebetulan, letak bank dan salonnya tidak begitu jauh dari rumah.

Karena lokasinya dekat, jadi cuman pakai sendal etnik  dan tidak ber helm. Mmm.. dasar! 
*pake tas Sew Stories lhooo..
"Daaaah Cokiii..Jangan ngikut yaa"


Dan ini dia rambut barunya...

Yippie... rasaya seneng banget bersepeda lagi...


(Lila)

Senyum dengan "Made In Indonesia"

Made in Indonesia. Buatan Indonesia. Membelinya bukan hanya membantu dan mencintai produsen dalam negeri, tapi juga bikin hati senang. Karena melihatnya membuat tersenyum. Bahkan mungkin tertawa. 

Dengan alasan pertumbuhan yang pesat, saya dan Abu membelikan Aksan, anak pertama kami baju bayi buatan lokal. Selain karena harganya murah, modelnya pun memang bagus. Terpakainya paling hanya satu bulan, lalu sudah kekecilan lagi. 

Saat memakaikannya pada Aksan, saya belum tersenyum. Tapi saat Aksan tidur, saya baru sadar, ada yang membuat saya tersenyum melihat baju-baju buatan lokal ini. Mau tau apa? Coba perhatikan..


 Seharusnya kan What's up ya? (kurang huruf s)


Seharusnya kan ASI holic, bukan Cholic. (Cholic = sakit perut pada bayi dong...)

Hahhaha... bener kan. Beli produk buatan Indonesia kadang-kadang bikin kita senyum.
Paling tidak, lebih keren kali ya pakai bahasa Inggris dibandingin tulisan:
"Halo teman, gimana hari ini?"
dan "Pecandu ASI"

Mmm.. malah lebih Indonesia kayaknya.....

*tetep masih senyum-senyum 

Hidup "Made in Indonesia",
Lila



30 September 2011

Hi, I'm back! (with Draoupads)

Yes, I'm back!

Maksudnya back bergaya-gaya untuk postingan blog lagi. Anak saya sudah mau 3 bulan, jadi kerepotan mengurus  new baby born sudah terlewati sedikit demi sedikit.

Ini postingan back saya yang idenya muncul saat pagi hari. Persis dengan namanya "Dew". Ini adalah seri dari Draoupads Shop. Sepotong syal buatan tangan Kiki. Sahabat manis saya yang ternyata menyimpan bakat seni (tapi kurang bakat berdagang) yang keren! 

Syal ini dikasih Kiki sebagai hadiah. Dikasihnya minggu lalu, saat Kiki datang (lagi-lagi datang) ke Jogja. Tadi pagi, saya mencoba-cobanya bukan sebagai syal, tapi sebagai luaran (atau bahasa fashionya outerwear). Ternyata setelah dilipat-lipat, ada beberapa gaya yang bisa saya buat. 

Sesuai dengan tulisan Kiki di album foto Seri September 2011nya :
Draoupads edisi September! Terinspirasi dari suasana di pagi hari, warna-warna yang digunakan merupakan warna-warna pastel yang mengingatkan kita saat berada di teras rumah di pagi hari.


gaya 1


gaya 2


gaya 3

"Dew" (dari foto di halaman Facebook Draoupads Shop)

Yes, I'm back! 
(makasih Kiki untuk "Dew" nya. Gue tunggu "Terang Boelan" nya ya.. hahaha)

Peluk, Lila.

10 September 2011

Happy and Proud

Anak pertama saya, Aksan, hari ini umurnya 2 bulan. Dia sudah bisa "berkomunikasi" dengan tertawa atau tersenyum mendengar suara saya dan Abu. Matanya sudah bisa melihat dengan jelas dan sangat senang melihat ke atas dan cahaya lampu. Kalau saya mengucapkan sesuatu saat dia berbaring di tempat tidur, dia berusaha menirukannya dengan memonyongkan mulutnya atau bersuara 'aah..uuuh'. Motorik tubuhnya sudah mulai aktif. Dengan posisi tidur, dia bisa menggerakkan kakinya seperti menendang, dan tangannya bergerak-gerak seperti meninju sesuatu. Seneng banget ngeliatnya.

Baju Aksan yang saya beli untuk newborn udah nggak cukup. Aksan sudah bisa memakai baju untuk bayi usia 3-6 bulan. Badannya padat dan terlihat berotot, dengan pipi tembam.Jam tidurnya walau belum normal sekali, sudah mulai teratur.

Melewati masa-masa pertumbuhannya, menjadi hal yang paling berharga untuk saya saat ini. Sejak Aksan lahir, baru beberapa kali saja saya keluar rumah. Itupun lebih banyak ke dokter. Beberapa kali saya dan Abu membawa Aksan jalan-jalan sebentar. Sisanya, saya merasa nyaman-nyaman saja di rumah seharian, menemani Aksan tumbuh. Selain memang saya tidak memakai jasa babysitter ataupun ditemani ibu atau mertua, rasanya jaman dulu udah puas kemana-mana dan jarang ada di rumah. Satu-satunya keinginan saya sekarang adalah menunggu Aksan bisa dibawa terbang ke Jakarta, dan bertemu lagi dengan keluarga. Juga bertemu dengan sahabat-sahabat saya di sana. Ah.. waktu memang cepat berlalu.

0 bulan: 3,4 kg - 52 cm


1 bulan: 4,5 kg - 57cm

2 bulan: 5,6kg - 60cm


Definitely I'm a Happy and proud mother.
Lila

19 August 2011

Satu Bulan dan 40 Tahun

Anak pertama saya satu bulan di tanggal 10 Agustus 2011 kemarin. Bertepatan dengan ulang tahun saya ke 40. Beberapa kali saya tidak bisa jujur dengan usia saya yang sudah 40. Bukan apa-apa. Banyak yang mengira saya 30 something. Atau malah di bawah 30. Jadi kalau saya bilang saya hampir 40 tahun, saya takut mereka akan kecewa berat karena saya ternyata setua ibu atau tante mereka. Hahahhaa...

Tapi di usia 40 tahun ini. Saya bangga dan bersyukur bahwa saya masih dikasih rejeki anak. Bisa hamil dengan lancar. Melahirkan juga normal, walaupun dengan bantuan vakum. Kalau orang lain anaknya sudah SMP atau malah kuliah, saya yang baru dikasih sekarang, merasa bersyukur sekali. Bersyukur juga saya masih bisa mengurus bayi kecil saya dan memberikannya ASI. Bersyukur juga masih bisa mewujudkan mimpi saya punya label baju sendiri dengan gaya etnik (Lemari Lila) dan vintage (Talullah Belle). Tidak lupa selalu bahagia melihat suami saya yang baik hati, keluarga yang selalu sayang dan perhatian, temen-temen dan sahabat yang selalu bisa ketawa sama-sama.

Selamat ulang tahun untuk diri saya sendiri. Dan selamat ulang bulan untuk anakku, Aksan sayang.
Semoga teman-teman muda saya yang membaca posting ini tidak jadi berubah hanya karena tau umur saya.

My life is totally begin at 40. Thank God.


Salam, Lila

06 August 2011

Perubahan Gaya Hidup: Cerita Punya Anak

Ini adalah terjemahan kutipan dari buku "What To Expect The First Year" karangan Heidi Murkoff, Arlene Eisenberg dan Sandee Hathaway. Buku ini dipinjamkan oleh seorang teman yang baik hati, Elli Ruslim. Elli sebenarnya adalah pelanggan produk baju saya, Lemari Lila dan Talullah Belle. Entah kenapa, kami jadi sering berkirim SMS. Mungkin karena saya banyak bertanya ke Elli, pengalamannya membesarkan Raina, anaknya. 

Buku ini tebalnya 806 halaman. Pokoknya apa aja menyangkut merawat dan membesarkan anak sampai umurnya satu tahun, ada disini. Untuk saat ini, ada satu bagian tulisan yang menurut saya sangat sesuai dengan kondisi saya sekarang. Saya hanya ingin membagikannya kepada teman yang lain.

Perubahan Gaya Hidup
"Saya sangat gembira mempunyai anak. Tapi saya juga khawatir kalau gaya hidup saya dan pasangan yang sudah ada sekarang ini benar-benar akan berubah"

Uraian untuk pertanyaan ini:
Sudah pasti, bahwa yang harus diganti saat mempunyai bayi bukan hanya popoknya saja. Hampir semua bagian di hidupmu- dari prioritas sampai dengan perilaku, dari jam tidur sampai dengan jadwal makan, jadwal kegiatan harian dan akhir minggu, romantisme dengan pasangan sampai keuangan-akan berubah, paling tidak ke beberapa tingkat. Contohnya, kamu tetap bisa makan siang atau malam di luar (terutama apabila kamu sudah kembali bekerja), tapi tidak banyak yang bisa menikmati namanya makan malam pakai lilin di French Bistro- tapi kebanyakan akan lebih mengutamakan makan di restoran keluarga yang ada bangku tinggi untuk anak, atau situasi restoran yang mendukung untuk membawa anak.

Begadang sudah pasti jadi kegiatan sehari-hari. Atau makan pagi di atas tempat tidur benar-benar dengan pengertian yang sesungguhnya, yaitu menyusui bayimu pada jam 5 pagi. Tidak ada lagi ngopi di pagi hari dengan santai, atau baca koran di malam hari.

Berhubungan intim dengan pasangan juga harus disesuaikan dengan jadwal bayi tidur (kalau bayimu memang punya jadwal tidur yang teratur). Baju-baju bagus seperti sutra dan wol, harus dijauhkan dulu dari lemari, supaya tidak rusak terkena popok basah. Nonton film lebih banyak lewat DVD di rumah, dibandingkan bisa pergi ke bioskop (kalaupun akhirnya ada kesempatan nonton ke bioskop, yang akan ditonton adalah film animasi terbaru untuk anak-anak).

Dengan kata lain, seorang bayi kecil akan membuat perubahan besar pada cara dan gaya hidupmu. Perubahan menjadi orang tua ini sangat bergantung dari kamu, pasanganmu dan juga bayimu dalam menyikapinya. Beberapa orangtua tidak merasakan adanya perubahan besar, beberapa merasakan sangat berubah. Beberapa bayi sangat bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya, sementara bayi yang lainnya sangat bergantung dengan kegiatan minum susu dan makannya (yang tentu saja sangat mempengaruhi jadwal orangtuanya juga).

Maka, kamu harus benar-benar siap dengan semua perubahan ini- setidaknya emosional-karena sangat sulit untuk memprediksi secara jelas bagaimana menjadi orangtua, sampai kamu merasakannya sendiri dan bagaimana kamu menyikapi perubahan itu. Paling tidak, tanamkan di pikiranmu bahwa perubahan itu sangat menantang dan membuat kita bisa juga menjadi gembira. Pemikiran ini akan sangat menolongmu. Walaupun tidak diragukan lagi kalau hidupmu akan menjadi berbeda, tapi tidak juga diragukan lagi bahwa- di banyak aspek-dengan segala cara- hidupmu akan lebih baik dan tidak membosankan. Tanyakan saja ke para orangtua yang sudah sukses membesarkan anaknya.



(Lila)

Bersahabat Dengan Bayi Baru: Cerita Aksan 4-26 hari

4 hari setelah melahirkan, hari Rabu 14 Juli 2011 saya sudah boleh pulang. Aksan, bayi saya, baru boleh pulang keesokan harinya. Bukan karena vakum nya, tapi karena dinyatakan sedikit kuning. Jadi lebih baik di terapi dengan memberikan lampu di rumah sakit selama 12 jam lagi. Maka, sayapun pulang tanpa Aksan. Rasanya aneh, tapi mertua saya yang kebetulan sudah datang dari Jakarta bilang, "manfaatkan waktu sehari ini untuk istirahat di rumah. Besok, begitu Aksan datang, waktunya Lila pasti habis untuk dia".

Keesokan harinya, Kamis, 15 Juli 2011 Ibu dan kakak perempuan saya, Desi, datang ke Jogja. Lengkaplah kami ramai-ramai menjemput Aksan di rumah sakit. Selamat datang anakku sayang.....

Mulai malam ini, kehidupan barupun dimulai.......

3 hari pertama, Aksan bangun hampir tiap jam di antara jam 11 malam sampai dengan jam 4 pagi. Karena Aksan bayi baru lahir (tali pusar nya pun belum puput/lepas), maka dia masih memakai popok dan dibedong. Tiap jam atau 40 menit dia pipis dan pup. Otomatis popok, alas ompol, dan kadang bajunya harus segera diganti. Disamping Aksan risihan (dia akan menangis begitu pipis/pup), tidak baik membiarkan bayi dalam keadaan basah popoknya. Tidak sehat dan dia bisa masuk angin. Jadi, 3 hari pertama tidur saya, Abu dan ibu mertua saya yang tidur bersama kami, bisa dibilang hanya 2 atau 3 jam saja.

Hari ke 4 (umur Aksan 9 hari) jam bangunnya berubah lagi. Pusarnya pun sudah puput. Otomatis dia sudah bisa dipakaikan celana, bukan popok lagi. Siang hari dia tetap tidur, tapi malamnya terbangun lagi hampir tiap 2 jam dari jam 12 sampai jam 3 pagi. Jam 5 sudah bangun lagi. Begitu terus hingga masuk minggu ke 2. Untunglah ada orangtua dan suami saya yang turun tangan. Dengan melihat cara menggendong, memandikan, menjaganya saat tidur, dan tips-tips merawat bayi lainnya, sayapun "rela" ditinggalkan para ibu lagi. Bulan puasa sudah datang. Jadi, para ibu  juga punya tanggung jawab di rumah mereka di Jakarta.

Minggu ke 3 barulah Aksan berbalik jam tidurnya. Pagi jam 6.30 dia mandi. Setelah itu dia akan tidur sebentar sampai jam 8. Lalu dia akan lebih banyak melek di pagi dan siang hari, sampai dengan Maghrib. Diantaranya diselingi menyusui, tidur sebentar, main dan menangis tentunya. Jam 12-1 malam dia terbangun untuk minum susu. Juga jam 3-4 pagi. Lalu tidur lagi sampai jam 6.30 keesokan harinya.

Menyusuinya kuat. "Anak lelaki memang begitu biasanya", itu kata orang-orang yang punya anak lelaki. Malam hari sayapun sudah memakaikan dia popok sekali pakai, demi kenyamanan tidurnya dan agar kami bisa lebih lama istirahat. Saya juga mencoba memakaikan cloth diaper (popok yang bisa dicuci alas dalamnya) di siang hari. Ini untuk menghindari pemakaian popok sekali pakai yang boros dan tidak ramah lingkungan. Sayapun sudah mulai bisa mengikuti alur tidur dan mengajarkan rutinitas mandi, tidur, minum susu kepadanya. Berbekal tips dari teman, saudara dan buku yang saya baca, saya pelan-pelan menerapkan sistem tidur, minum susu dan bermain ke Aksan. Pelan-pelan pasti ada hasilnya!

Masuk akhir minggu ke 3 ini , saya sudah bisa beradaptasi dengan Aksan. Sekarang lebih luwes, percaya diri dan senang rasanya.

Terus terang, di minggu pertama Aksan di rumah, saya mengalami baby blues ringan. Kalau tidak dibantu ibu mertua dan suami, rasanya saya mau nangis terus tiap hari. Jahitan masih sakit, badan masih lelah, tapi saya harus menyesuaikan jadwal tidur dan hidup yang berubah. Ada seorang bayi yang harus saya rawat. Dia bergantung dengan saya. Beberapa kali tidak jarang saya seperti menyerah dan menangis singkat. Biasanya itu saat Aksan tidur. Begitu melihat Abu, langsung saya cengeng. Juga saat melihat Coki, anjing saya. Coki sedikit heran ada manusia baru (mendengar tangisan Aksan pertama kali dia panik). Tapi akhirnya dia adaptasi. Hanya kemudian, saya merasa, Coki merasa sedikit terabaikan. Jadilah saya mengajak Coki "bicara". Bilang sama dia, saya sekarang punya anak yang harus saya urus. Biasanya setelah nangis singkat, saya lega. Dan sukurnya, semangat saya tidak luntur. "Saya harus bisa melalui ini. Menjadi supermom!"

Beberapa temanpun saya SMS, menanyakan apakah mereka mengalami hal yang sama dengan saya pada saat punya anak pertama. Dan jawaban semuanya sama. Semuanya pasti mengalami baby blues. Hanya tingkatannya saja yang berbeda. Ada yang ringan seperti saya. Ada yang sampai "seminggu pertama bayiku di rumah, aku bilang sama suamiku, balikin aja dia ke RS, aku gak sanggup rasanya merawatnya". Artinya, saya tidak sendiri. :)

Tapi semua itu dilanjutkan dengan SMS beberapa teman yang lalu bilang, "Sabar Lila. Semua itu akan berlalu dengan cepat. Tau-tau anakmu sudah tumbuh. Dan kamu akan rindu saat-saat dia jadi bayi baru". Atau "ayo Lila, disitulah seni menjadi seorang ibu yang merawat anaknya sendiri. Kalau kamu bisa melaluinya, kamu akan merasa senang dan bangga".

Support itu lalu menjadi penyemangat saya. Kebetulan saya ini dari dulu tidak terlalu telaten dengan anak kecil. Saya bukan tipe tante yang mengasuh ponakan saya, misalnya. Jadi saat saya harus merawat bayi saya, awalnya saya tidak terlalu trampil.

Hari ini dengan bangga saya bilang, bahwa saya sudah semakin trampil merawat Aksan. Saya menyebutnya bersahabat dengan bayi saya. Bukan merawatnya. Bersahabat dengannya, berarti mempelajari sifat bayi yang saya dapatkan dari informasi orang tua, teman, saudara dan juga membaca beberapa buku. Bersahabat dengannya, berarti siap memberikan semua hidup saya untuknya di masa pertumbuhannya. Pagi hari sampai esok paginya lagi, saya makin senang dan trampil merawat Aksan. Dan tiap melihat wajahnya yang lucu, rasanya jadi senang. Yang jelas, tiap hari selalu ada yang baru. Selalu ada yang mengejutkan. Dan selalu ada yang membuat saya semakin tahu caranya bersahabat dengan bayi saya.

Love you, my boy! Love you my husband! Makasih Mama Ani. Mama Henny, Kak Desi, Mas Yudi dan Ade. Makasih semua teman dan sepupuku untuk tips-tipsnya.

Enjoy motherhood! Semangat! Biar tau rasanya jadi Supermom...

(Lila)

01 August 2011

Pasca Persalinan: Perubahan Emosi

Ah...masa persalinan sudah saya lewati. Alhamdulillah. Setelah melahirkan, saya masih harus berbaring di tempat tidur ruang persalinan. Menunggu pemulihan sebelum dipindahkan ke kamar perawatan. Badan rasanya aneh. Antara capek, lega, sakit, ngilu dan pegal-pegal. Dian dan Eko yang ikut datang hari itu, membawakan saya beberapa makanan, minuman dan pakaian dalam paska persalinan.

Tidak ada yang pernah bercerita ke saya rasanya setelah tahap persalinan. Sayapun tidak pernah bertanya ke mereka yang sudah punya anak. Di buku yang saya bacapun, saya kelewatan membaca secara detail. Dan ternyata, apa yang saya rasakan paska persalinan luar biasa merubah emosi saya. Karena divakum, otomatis saya mendapatkan jahitan banyak. Rahim yang tadinya besar, butuh waktu untuk kembali ke bentuk dan ukuran awal. Maka yang dirasakan tubuh saya saat itu adalah sakit dimana-mana. Ambeien saya keluar lagi. Jahitan bekas melahirkan terasa ngilu. Otomatis bergerakpun tidak leluasa. Dari posisi tidur ke duduk, perlu waktu paling tidak 15 menit untuk menetralisir aliran darah. Perubahan ukuran rahim ke posisi semula, menyebabkan oksigen yang dihirup berkurang. Jadi saya merasakan mual dan pusing saat duduk. Setelah menunggu 15 menit duduk, barulah bisa turun dari tempat tidur dan berjalan. Itupun tertatih-tatih karena jahitannya sakit. Suster tetap menyarankan saya belajar jalan sendiri ke kamar mandi, karena kalau tidur terus, darah kotor tidak akan mengalir. Kalau tidak kuat, silakan minta ditemani pendamping. Pendarahan paska melahirkanpun masih ada. Jadi sayapun harus memakai pembalut wanita.

Setelah dipindahkan ke ruang perawatan, masalah baru muncul. Saya tidak bisa buang air kecil. Tekanan yang kuat pada saat saya mengejan (dan tidak berhasil juga), menyebabkan kandung kemih saya bengkak. Itu lumrah terjadi pada wanita paska persalinan. Faktor trauma sakit juga bisa jadi pemicunya. Jadi, percuma saja saya duduk menunggu air kencing saya keluar, karena tidak bisa. Padahal rasanya sudah mau pipis sekali. Untuk menghindari infeksi, maka suster memutuskan untuk memasang kateter di kandung kemih saya. Bukan main sakitnya. Dan tidak nyaman. Air kencing saya sih langsung keluar. Tapi selang kateter ini membuat saya makin merasa ngilu.

3 hari saya merasakan keadaan ini. Wajar dan normal kata orang. Memang begitulah paska persalinan. Semuanya "luka". Tapi ya itu tadi..saya tidak siap mental. Jadilah, di hari kedua saya menjadi-jadi menangis. Beruntung saya punya suami seperti Abu. Yang benar-benar sabar mengurus saya. Memapah saya ke kamar mandi, mengambilkan barang-barang keperluan saya, bahkan menggantikan pembalut saya. Dia sampai mengambil cuti seminggu. Abu juga bilang, seharusnya di Indonesia ada Peraturan Pemerintah untuk seorang suami mendapat cuti istri melahirkan satu minggu dari tempat kerjanya. Karena dukungan dan bantuan setelah melahirkan, adalah hal besar dan sangat berguna untuk seorang istri.

Yang terpenting adalah, Abu bisa menenangkan hati saya yang mengalami perubahan emosi yang lumayan besar. Saya jadi sensitif, dan gampang menangis. Saya tidak mengira, ternyata proses melahirkan harus melewati fase rasa sakit seperti ini. Rasa sayang saya ke Abu jadi luar biasa bertambah. Seperti ada keterikatan besar yang saya rasakan kepadanya.

Hal yang membuat saya makin sensitif lagi adalah, saat saya harus belajar memberikan ASI kepada bayi saya, Aksan. Sampai dengan hari ke 2, ASI saya tidak juga keluar. Suster sudah meletakkan Aksan di kamar saya, supaya saya bisa belajar memberikan ASI. Tapi belum juga keluar. Mungkin saya masih stress. Dan hormon saya belum stabil. Jadilah, setelah 2x24jam, Aksan diberikan susu formula untuk memenuhi kebutuhannya yang sudah puasa 1x24 jam tanpa makanan apa-apa. Karena Aksan lahir dengan vakum, otomatis kepalanya harus diperlakukan hati-hati. Tanda merah bekas alat vakum masih kelihatan, dan bentuk kepalanya masih memanjang ke belakang. Jadi, satu-satunya cara memberikan ASI kepadanya adalah dengan cara tidur.  Aksan tidak boleh sering-sering digendong, karena trauma di kepalanya akibat tarikan vakum. Sukurlah di hari ke 3, ASI saya keluar juga akhirnya. Dan Aksan mulai belajar minum dari puting payudara saya. Walaupun sudah dikasih susu formula, Aksan tetap mau minum ASI saya. Walaupun dia harus "usaha" keras karena puting saya belum terbentuk sempurna. Tidak seperti dot botol. Alhamdulillah, bisa terlewati. Di hari ke 4 di RS (hari terakhir saya di RS), ASI saya sudah menetes tanpa diminum Aksan.


Selama di rumah sakit ini, saya benar-benar jadi sensitif. Setiap melihat Abu, bawaan saya mau nangis. Antara bersyukur dan terharu melihat ketulusan dan kesabarannya, juga tidak rela badan saya sakit. Untung saja, ibu mertua saya datang. Juga ibu dan kakak saya juga datang dari Jakarta. Beberapa teman dekat juga membesuk saya. Membuat saya lupa dengan rasa sakit. Juga ada sahabat saya Kiki, yang ikut bergantian menjaga saya, kalau Abu harus pergi mengurus ini itu.

hadiah breat pump dari Kiki, Pea dan Udin. Makasiiiih

Pea demo gratis cara pakai breast pump.. :)

Bunga cantik dari  Tommy dan Kenny. Perut saya masih besar waktu itu)

Ah... paska persalinan benar-benar merubah emosi saya. Semua perasaan menjadi satu. 

dr. Baroto dan my dearest Abu


Memiliki anak benar-benar merubah hidup saya. Alhamdulillah, sampai hari ini saya selalu berucap syukur atas rejeki dan rasa yang Allah berikan ke saya. Walaupun saat persalinan dan rasa sakit paska itu, masih selalu mengikuti saya. Dan kalau lagi kebayang, rasanya ngilu sekali... ;)

(Lila)

*posting berikutnya: merawat bayi baru. Tidak segampang bermain boneka lucu. Asal sabar dan tahu caranya, semua akan terlewati dengan menyenangkan...

22 July 2011

Menjadi Seorang Ibu: Cerita Melahirkan 10 Juli 2011

Hallo semua..
Perlu waktu untuk memulai mengisi blog ini lagi. Saya sudah kangen sekali ingin berbagi cerita. Tapi baru malam inilah saya merasa bisa memulai menulis lagi.

Tanggal 10 Juli 2011 yang lalu (hari Minggu) jam 9.45 WIB, saya telah melahirkan seorang bayi laki-laki dengan berat 3,4 kg. Panjang 52cm. Di Rumah Sakit Panti Rapih, Jogjakarta. Alhamdulillah. Senangnya luar biasa. Jangan ditanya. Disamping senang, saya merasa telah terjadi sebuah hal yang sangat besar dan mengagetkan di hidup saya.

Dimulai dengan diare dan muntah-muntah hari Jumat 8 Juli 2011 sampai dengan Sabtu 9 Juli 2011. Ambeien saya menjadi-jadi. Keluar besar sekali dan sakitnya bukan main. Jadilah saya terbaring lemah di tempat tidur. Beberapa teman dan kakak saya bilang, saatnya sudah dekat. Biasanya sebelum melahirkan, ada.... aja yang sakit. Saya masih menyempatkan diri ke dokter dengan keadaan ambeien membengkak hebat. Sabtu pagi sampai malam, badan saya meriang dan pegal tidak jelas. Abu, suami saya dengan sabar memberi dukungan ke saya, karena saya menangis terus kesakitan gara-gara ambeien. "Tenang, jangan nangis. Ayo olesin salepnya. Kalau nangis, nanti kasian janinnya", begitu katanya.
Hari ini Kiki, sahabat saya, juga datang dari Jakarta. Dia masih sempat memijat punggung saya dan bilang, "jangan-jangan Subuh nanti loe ngelahirin nih, Lil".....
Malam ini dari jam 8 malam, saya sudah tidur.

Jam 2.30 dini hari, saya terbangun. Buang air kecil dan menggigil di kamar mandi. Tiba-tiba merasakan cairan keluar dari vagina saya. Berwarna kuning muda seperti pipis dan ada bercak darah sedikit. Tapi saya diamkan dulu, karena tiba-tiba badan menggigil hebat. Saya balik ke kamar, mengambil pembalut dan memakainya, lalu ke tempat tidur sebentar menghilangkan rasa kedinginan. Kira-kira 2 menit barulah saya membangunkan Abu, dan bilang "Udah dateng nih saatnya"....

Jam 3.00 WIB kami langsung ke RS Panti Rapih. Dengan memakai kursi roda, saya didorong ke ruang bersalin. Disambut oleh para perawat di ruang perawatan sebelum bersalin. Dicek tekanan darah dan aliran air ketubannya. Ketuban "diperas" dan dicek apakah sudah ada pembukaan. Ternyata sudah bukaan 3. Selanjutnya saya disuruh mandi dan jalan-jalan di sekitar ruangan, sambil menunggu kontraksi datang.

Lalu mulailah saat itu. Saat kontraksi datang lebih lama dengan jarak interval yang semakin dekat. Rasanya sulit saya gambarkan. Percampuran antara sakit saat menstuasi, ingin buang air besar, ada sesuatu yang harus dikeluarkan. Hanya dengan bantuan doa, saya bisa melewatinya dengan melenguh seperti sapi kesakitan. Kiki dan Pea datang menemani saya dan Abu. "Maafkan Kiki, semoga kamu tetap mau punya anak setelah melihat aku kesakitan saat kontraksi". Sulit sekali untuk bisa menahan sakit. Setidaknya harus ada suara yang dikeluarkan untuk mengimbanginya. Membaca doa tiap kontraksi menyerang sudah saya lakukan, tapi tetap saja sulit menahan suara yang keluar karena menahan rasa sakit. Saat itu pula saya tidak mau dipegang siapa-siapa. Paling hanya menjawab semangat yang diberikan Abu atau Kiki atau juga suster yang datang dengan bilang "sakit....seperti mau beol. Nggak boleh ngeden ya?" 

Saya masih sempat mandi dan ke kamar mandi beberapa kali, dengan keadaan kontraksi tiba-tiba datang. Serulah rasanya... Sampai pada jam 9.00 WIB, kontraksi semakin kuat dan sering datang. Saya diperiksa lagi, ternyata sudah bukaan 6. Secepatnya para perawat membawa saya ke ruang bersalin.

Dalam keadaan terbaring di tempat tidur, saya dibawa ke ruang bersalin. Abu menemani saya di dalam, semantara Kiki dan Pea menunggu di luar. Di ruang bersalin, ada 4 suster (atau mereka adalah bidan rumah sakit) yang sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Mereka bilang, saya jalur tol. Patas. Karena untuk kelahiran anak pertama, cukup cepat hanya butuh 5 jam sudah masuk bukaan 6. Biasanya bukaan 1 ke 3 itu lama sekali. Tapi begitu sudah bukaan 6, akan cepat jarak waktunya sampai dengan bukaan 10.

Kontraksi semakin sering. Sayapun semakin sering melenguh. Suster bidan memberi kekuatan dengan menganjurkan saya berdoa. Mensyukuri semua rasa sakit. Akan ada manusia baru yang selama ini ditunggu-tunggu. Mereka bilang, mungkin dalam waktu 2 jam ke depan, anak saya sudah lahir.

Dokter Baroto pun sudah tiba. Saat kontraksi datang, para bidan langsung memegang tangan saya dan perut saya, lalu membimbing saya. "Tarik nafas, ngejan... ayo ditekan di bagian bawah. Seperti mau beol yaa.." Sayapun berusaha. Mungkin tidak sekuat tenaga. Karena saya masih belum menemukan cara yang benar. Dan betul saja. Mengejannya salah. Tekanannya ke perut, bukan ke arah bawah seperti mau buang air besar.
Berenti dulu. Lalu dicoba lagi. Tidak juga berhasil.

"Kamu ikut senam nggak sih?", tanya dokter Baroto. "Kalau mengejannya tidak benar seperti ini, kita tidak bisa tunggu terlalu lama. Kasihan anakmu sudah keluar masuk. Coba serius. Jangan anggap ini main-main. Mengejan dengan benar, kalau tidak keluar juga, kita pakai bantuan vakum untuk mengeluarkannya", begitu kata dokter Baroto.

2 menit kemudian saat kontraksi datang, saya disuruh tarik nafas lagi dan mengejan. Sekuat tenaga!
Saya mengejan. Sudah benar, tapi kurang bertenaga. Terus diulangi sampai dengan 5 kali.
Akhirnya, "saya harus mengambil tindakan. Kita vakum ya. Mas Abu mohon keluar ya. Kalau ini tidak berhasil, saya terpaksa mengambil tindakan operasi", kata dokter lagi.

Lalu mulailah alat vakum diambil. 2 suster bidan memangku saya di tempat tidur, sehingga posisi saya setengah duduk. Dua orang lagi berdiri disamping kiri kanan saya, dan dokter memasukkan alat vakum. 

Dan dimulailah saat itu.....
Dua suster bidan menekan perut saya keras sekali dari atas, dua orang dari samping, dan saya disuruh mengejan. Satu kali. Sekali lagi hal yang sama diulangi. Saat mengejan itulah saya berteriak keras sekali. Aaaaaaaaahhhhhhh.... Seperti mendapat kekuatan entah dari mana. Mungkin juga karena mendengar salah satu suster bidan mengucapkan "Tuhan, bimbinglah kelahiran putra ibu Lila Imelda saat ini Tuhan. Tolong lancarkanlah proses kelahirannya". Sayapun langsung mendapat kekuatan.
Saat berteriak dengan perut ditekan keras sekali oleh suster bidan itulah, dokter menarik kepala bayi saya dengan alat bantuan vakum.

Dan...
terdengarlah tangisan bayi. 

Alhamdulillah. Lemas, sedih, senang, bingung, lega, sakit... apa lagi ya...semua jadi satu.

Saya tidak memikirkan rasa yang lain lagi saat ari-ari dikeluarkan, ataupun saat dijahit pada lubang kelahiran. Saya hanya lemas terbaring. Iklas diapakan saja oleh para tenaga medis yang membantu saya melahirkan seorang manusia baru di dunia ini. Saat bayi saya sudah bersih dimandikan, dan diletakkan di atas badan saya, itu adalah saat terindah yang tidak terlupakan.. 

Ini dia jagoan saya. Aksan Rana Bumi. Aksan berarti mata dalam bahasa Hindi. Rana sama dengan diafragma atau pengatur kecepatan dalam bahasa Indonesia. Bumi berarti tempat kita hidup. Jadi artinya Mata yang menyeimbangkan dunia/bumi. Nama Aksan datangnya dari saya. Nama Bumi dari Abu. Nama Rana dari saudara kami, Mas Jay dan Vara.

Harapan saya dan Abu, anak kami nanti punya hidup yang seimbang, memandang segala hal dengan seimbang. Sehingga hidupnyapun tidak berlebihan juga tidak kekurangan. Wajahnya mirip saya bagian mata dan hidung, mirip Abu bagian bibir dan dagu.

Aksan saat baru lahir

Aksan 19 Juli 2011 (mukanya sudah berubah dari waktu lahir)

Begitulah cerita melahirkan. Posting berikutnya akan saya ceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan perubahan hidup saya setelah melahirkan.

Terima kasih untuk semua doanya ya.

Saya seorang ibu sekarang.

(Lila)