Alhamdullilah. Pastinya saya bersyukur banget. Nunggu-nunggu 2 tahun (sejak nikah tgl 3 Agustus 2008), akhirnya 14 November 2010, saya positif. Hamil.
Sebenernya badan mulai terasa nggak enak sejak awal November. Ngantuk, kayak mau flu. Lalu mood yang nggak menentu. Tapi belajar dari pengalaman beberapa kali, saya nggak mau terlalu cepat GR kalau saya lagi hamil. Jadilah saya menunggu kira-kira seminggu atau dua minggu lalu untuk meyakinkan telat datang bulan karena memang hamil.
Hamil.
Punya anak.
Memang salah satu keinginan saya. Dan Abu, suami saya tentunya.
Sempat terbersit, kenapa saya belum hamil-hamil juga, karena mungkin di dalam hati kecil, saya masih suka kesal melihat anak kecil rewel. Atau bayi yang menangis kelewat kencang. Atau melihat beberapa kawan yang hampir tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Sibuk mengurus anaknya. Diluar kerepotan yang saya lihat di depan mata itu, jauh di dalam hati, saya ingin punya anak.
Hamil.
Mengandung.
Pasti akan jadi proses yang menyenangkan.
Lalu jadilah saya membeli alat tes kehamilan. Jam 5 pagi (pipis pertama di pagi hari), katanya paling akurat untuk jadi bahan testpack. Deg-degan. Ngantuk-ngantuk. Menunggu sekitar 10 detik. Sreeeet. Garisnya dua. Hah? bener nih? Liat lagi, bener. Banter. Langsung saya lari ke kamar, kasih liat Abu. Kita berdua senyum. Bilang Alhamdulillah. Tapi wajah kita berdua belum yakin. Karena ini testpack di rumah. Masih banyak kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih akurat, dibanding hanya sekedar alat testpack ini.
Tiga hari kemudian ke dokter kandungan. Ternyata memang hamil beneran. Walaupun saat di USG (untuk lebih meyakinkan), janin ataupun kantungnya belum bisa terlihat. Saya dan Abu makin bersyukur. Tapi belum mau membuat berita kemana-mana. Pamali katanya sebelum 3 bulan. Jadilah kami hanya mengabari ibu kami masing-masing, juga kakak kandung. Untuk saya, Ivet dan Kiki sahabat saya, juga kebagian kabar yang buat saya baik ini.
Yang pasti senang. Hamil 4 minggu,
ilustrasi oleh: Lila
No comments:
Post a Comment